Konsistensi
Fiuh, sebentar gue tarik napas untuk bisa menulis tentang hal satu ini.
Oke, gue udah siap.
Karna satu cuplikan video gue menyadari banyak hal yang gue lakukan secara salah terhadap orang-orang di sekitar gue, terkhusus mantan pasangan gue. Kenapa gue bisa bilang begitu ? Karna pada akhirnya cuma ada pertikaian yang terjadi, adu argumentasi, merasa saling benar, dan gak menyadari setiap hal yang sebenernya itu adalah kunci dari solusi yang seharusnya gue ambil.
Gue selalu memperlakukan orang asing dengan sangat dingin pada awalnya, siapapun itu bahkan calon pasangan gue sekalipun, karna pada kenyataannya emang gak ada cinta pada pandangan pertama, kalo sekedar suka atau kagum ya boleh lah. Dan gue gak bisa nentuin kapan gue atau dia akan merasakan saling jatuh cinta, karna itu adalah sesuatu yang gak mungkin terjadi. Tapi pada kenyataannya gue bisa berusaha untuk hal itu menjadi kenyataan, mungkin dengan cara sederhana yang bisa gue lakuin di fase setelah perkenalan, seperti ngasih perhatian lebih, ngobrolin setiap hal yang disukai sama dia, jadi orang pertama yang menyapa dia saat pagi hari atau sekedar kasih ciuman dikening untuk membangunkan dia dari tidurnya, bukain pintu mobil saat kita mau pergi bareng, atau sekedar membersihkan jok motor yang basah karna hujan sedari di perjalanan. Walaupun sebenarnya lebih banyak lagi hal sederhana yang bisa atau sudah dilakuin untuk membuat dia jatuh cinta sama gue.
Tapi seiring waktu ada perubahan cara gue perlakuin dia, mungkin karna banyak alasan, bisa aja karna gue kelupaan, mungkin karna gue lagi kesal, atau bahkan merasa sudah memilikinya dan itu ngebuat gue lupa kalo sebenernya gue masih harus memperlakukan dia seperti awal gue mencoba untuk menarik hatinya.
Dan setelahnya udah pasti cuma sisa ego gue doang, walaupun sebenernya sering gue liat pasangan gue berdiri di dekat mobil sebelum gue masuk kedalam cuma karna dia menunggu gue untuk membukakan pintunya, walaupun itu sederhana tapi itu bisa jadi hal termanis yang bisa dia banggain di depan orang-orang di sekitar. Boong banget buat setiap orang yang ngucapin "Idiiiih, apa banget deh sok romantis banget dibukain pintunya", karna jauh di dalam hati dia isinya cuma iri atau dia kehilangan moment seperti yang pernah diperlakukan pasangannya terhadap dia, atau bahkan buat cowok dia mau lakuin hal itu tapi sayangnya gak punya pasangan (bukan salah gue lo sendirian).
Atau gue yang suka ngelapin keringet pas ngeliat mantan pasangan gue kepedesan, dan dia tersenyum manis ngeliat gue, setelah itu tanpa ditanya gue ambilin minum untuk meredakan rasa pedes di lidahnya, walaupun sebenernya gue juga butuh minuman itu, tapi mencoba untuk memprioritaskan pasangan gue dulu. Tapi seiring waktu berjalan gue malah sibuk dengan makanan gue sendiri, dan dia harus mengurus dirinya sendiri.
Ternyata alasan ini yang bikin hubungan gue atau siapapun selesai, karna hubungan itu bukan tentang moment berharga, bukan tentang siapa yang paling sering bersama, atau tentang siapa yang memiliki dia atau sebaliknya.
Tapi berpasangan itu adalah "Konsistensi" dari setiap perlakuan manis yang sederhana yang bisa membuat dia jatuh cinta pada awalnya dan tetap ada sampai hari ini atau kedepannya, tidak ada yang bosan diperlakukan dengan manis walaupun itu sudah berulang selama ribuan kali.
Bukan tentang hadiah setiap hari ulang tahunnya atau hari kasih sayang lainnya. Hal manis harus dilakukan setiap hari bukan hanya di waktu tertentu.
Dan hal tersedih yang pernah gue lakuin adalah saat mantan pasangan gue memulai untuk menceritakan tentang hari-nya, gue malah memotong ucapannya dengan kata "Sebentar aku juga mau cerita, jadi hari ini tuh melelahkan, bikin kesel dan blablabla", dan dia dengan sabarnya mendengarkan dengan senyum manisnya yang seharusnya gue sadar kalo itu adalah kamuflase dia untuk menutupi kekecewaannya.
Dan hal yang seharusnya gue lakuin adalah gue duduk santai, mendengarkan semua keluh kesahnya, dan gak menceritakan hari lo yang sedemikian luar biasa. Dan sebenrnya karna hal seperti ini dia jatuh cinta sama gue.
Tulisan ini tidak murni dari hasil pemikiran gue, tapi pengembangan dari apa yang gue dapet dari seorang motivator, yang berbicara tentang,
"Do you love your wife?"
- Simon Sinek

Comments
Post a Comment