Pengkhianat

Hal yang paling sering terjadi di kehidupan percintaan gue adalah pengkhianatan, tentang setiap orang yang meninggalkan gue karna ada seseorang lainnya.


Mungkin karna hal itu terjadi berkali-kali, gue ngerasa kelelahan, bahkan gak cuma lelah, tapi gue menyerah dengan semua itu, pernah menyerah dengan kesetiaan.

Dan cerita ini ngebawa gue ke pengalaman terburuk yang pernah gue lakuin ke orang lain.


Anggap aja kalo gue diberi keberkahan untuk bisa mendapatkan pengganti dari yang sebelumnya, tapi gue belum bisa menerima pasangan gue sepenuhnya karna kejadian yang lalu, ada rasa traumatis yang gue rasain. Gue masih takut untuk jatuh cinta sama siapapun, sampai pada suatu saat gue ngelewatin kesempatan terbesar gue untuk bisa menikah dengan seseorang (ups, salah, dua orang), ya gue melakukan suatu kesalahan fatal yang sebenernya paling gue benci. Yaitu gue menjalin hubungan dengan lebih dari satu orang sebut saja namanya "cinta" dan "harapan".


Jadi awal mula gue berhubungan dengan cinta, adalah saat dia mengorder makanan modal reseller gue, dan gue akhirnya bisa dapetin kontaknya dia, singkat waktu gue ngobrol sama dia, dari hal biasa sampai kearah yang jauh lebih serius, dan bagai gayung bersambut, gue pun senang dengan dengan responnya dia, dan gue tentuin kapan kita akan menuju ke tahap yang berikutnya. Tapi, amat disayangkan karna kondisinya lagi gak baik-baik aja, baru aja beberapa bulan gue mempersiapkan hal yang istimewa ternyata ada kesulitan disaat prosesnya, gue di putus kontrak kerja karna perusahaan harus mempersiapkan rencana melewati masa-masa tersulitnya. Dan gue yang sudah terlanjur berjanji, bingung harus bilang apa ke pasangan gue. Walaupun sebenernya si pasangan gue ini cukup membantu untuk proses kedepannya, mulai dari kasih project atau lowongan di tempat lainnya. Tapi gue yang emang sedari dulu gak terlalu suka dengan hal-hal berbau hutang budi, gak setiap penawarannya gue ambil, karna gue gak mau salah langkah yang bisa nyebabin gue terlihat bergantung dengan orang lain. Desakan dari pihak si cewek ini pun mulai terasa lebih intense, tapi dilain sisi keluarga gue belum ngizinin gue untuk menikah dengan kondisi seperti itu, karna ada tanggung jawab besar kedepannya.


Akhirnya gue putusin untuk hold semua itu, lebih dari 3 bulan berjalan tanpa komunikasi dan kepastian, sampai suatu hari gue menyapa si "harapan" yang muncul di salah satu sosial media gue. Kita ngobrol sedikit banyak tentang hal yang ada, sampai akhirnya hubungan kita bener-bener dekat, dan menjadi pasangan. Tapi komunikasi kita seiring waktu semakin sulit terbatas waktu dan hal lainnya. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk selesai dengan dia.


Dan saat gue selesai dengan dia ternyata gue kembali ke Cinta untuk memastikan hubungan kita, respon dia saat itupun diluar dugaan gue, karna dia langsung izin ke kedua orang tuanya, begitupun gue, langsung minta izin juga ke orang tua gue.


Sampai akhirnya ada penentuan tanggal kapan keluarga kita akan bertemu.


Tapi gak lama setelah itu, ternyata si harapan datang kembali, dan disitu gue jujur kalo gue bakal nikah sama seseorang, dan dia jauh lebih kaget, karna kenapa bisa kejadiannya seceoat itu.


Akhirnya gue pun menjelaskan semuanya terhadap kedua orang yang dekat sama gue baik Cinta maupun Harapan. Gue yang saat itu terlalu gegabah malah mempertanyakan apa si Harapan mau menikah sama gue ? Sebenernya pertanyaan itu gue tanyain karna gue tau kalo dia gak akan siap dengan pertanyaan itu. Tapi kenyataannya malah dia pun menerima dan siap untuk mempertemukan gue dengan orang tuanya (walaupun sampai akhirnya dia selalu menghindari hal tersebut).


Dan karna sampai akhirnya gue gak bisa memutuskan dengan pasti gue memilih siapa, gue jadi ragu dengan semua pilihan gue saat itu.

Sampai akhirnya ada moment disaat kita saling bersedih karna harus meninggalkan Cinta karna gue gak mau terus-terusan menyakiti perasaan dia dan keluarganya yang udah nerima gue apa adanya, tapi balasan gue malah seperti itu.


Seiring waktu gue juga mulai marah dengan diri gue karna keputusan itu, gue terlalu bodoh menyikapi semuanya, menganggap setiap hal itu mudah dan bisa gue lalui. Komunikasi gue dengan Harapan pun mulai berkurang, karna gue tau sebenernya belum ada kesiapan dari dirinya untuk melangkah ke tahap berikutnya, jadi pada akhirnya gue putusin untuk meninggalkan dia juga, berharap setelah kejadian itu gak ada lagi yang gue sakitin diantara mereka.


Gue gak bilang kalo korban bisa menjadi pelaku, tapi yang bisa gue ambil dari tulisan ini adalah jangan pernah jadi "Pengkhianat", karna selain repot menutupi hal tersebut, juga menjadi beban mental dan nilai personal yang menjadi minus.

Comments

Popular Posts